
Oleh: Masturi Istamar, Lc., M.Phil (Direktur Komite Kemanusiaan Indonesia dan Penggiat Sosial Kemasyarakatan)
Ada yang memprediksi bulan April 2020 ini merupakan puncak inkubasi COVID19. Maka dunia heboh, baik dunia maya maupun dunia nyata. Kondisi semakin serius tatkala satu persatu daerah dan wilayah Indonesia memperketat Social Distancing nya bahkan manjadi “Semi Lockdown”.
Pelan tapi pasti, sifat egois mulai merebak di tengah masyarakat. Masing-masing hanya memikirkan diri sendiri dan tidak peduli dengan kondisi yang lain. Apalagi masalah materi, berat memikirkan orang lain. Kenapa? Alasannya jelas dan fakta menunjukkan, yang perlu dipikirkan adalah diri sendiri lebih dahulu, dan tidak perlu memikirkan orang lain. Karena memikirkan masalah sendiri saja di zaman Covid sudah cukup menjadikan kepala ini MELETUS dan KOPLAK Boro-boro bisa mikirin masalah orang. Itulah yang kita rasakan.
Bisa jadi ego kita juga mengatakan, “Kalau ada apa-apa saya kan tidak perlu bantuan orang, toh saya punya keluarga.”
Kita makhluq sosial, harus berkumpul dan bersama yang lain. Tidak bisa hidup tanpa orang lain, karena fitrah sosial kita tetap memanggil-manggil kita. Fitrah tidak bisa dihikangkan, tidak bisa dialihkan, tidak bisa ditunda, hanya bisa diatur dan diarahkan.
Hanya saja kebersamaan harus dipupuk, dijaga biar semakin subur dan semakin solid. Bagaimana kita membangun jiwa sosial dan meningkatkan soliditas?
Masalah pasti ada pada setiap orang. Kebersamaan adalah keberkahan. Setiap orang punya masalah. Dan masing-kita bertanggung jawab atas masalah kita sendiri. Kebersamaan kita dalam rangka menambah kesyukuran dan kebahagiaan kala mendapatkan nikmat. Betapa tidak enaknya ketika kita gembira karena mendapatkan nikmat, tapi kita teriak sendiri, ketawa sendiri.
Kebersamaan kita juga menjadi teman kala kita bersedih. Sungguh derita di atas derita, kala kita bersedih karena kita sedang diuji oleh Allah SWT, kita merasa sendirian, tidak ada teman satupun yang tahu kita sedih. Tidak ada satupun teman walau sekedar membersamai kita menangis.
Kepedulian kita dalam kebersamaan kita bukan untuk menyelesaikan masalah teman kita, tapi kita sekedar membantu teman kita menyelesaikan masalahnya.
Peran kepedulian tidak mesti berbentuk materi. Tapi kepedulian itu modal utama kebaikan berikutnya. Kita bisa memberikan sumbangan pemikiran, sumbangan ide dan gagasan dan seterusnya. Semua merupakan kepedulian dan kemuliaan hati. Jangan berharap jadi apa-apa bila tidak dimulai dari kepedulian. Berhulu kepedulian, akan bermuara solidaritas.
SALURKAN BANTUAN ANDA MELALUI KOMITE KEMANUSIAAN INDONESIA
Bank Muamalat: 311-001-5736
BCA: 4740-51-3333
Atas Nama: Yayasan Kemanusiaan dan Kesejahteraan Indonesia
Gunakan Kode Transfer: 012 (untuk donasi Sembako Dhuafa) dan 013 (untuk donasi APD Tenaga Medis)
Contoh: Rp.1.000.012,-
Konfirmasi Donasi: 0878-7593-6892
Semoga kebaikan Sahabat Kemanusian hari ini menjadi pembuka pintu rezeki. Aamiin.